Sebuah Perjalanan

Aku mempercepat langkah, menelusuri gerbong demi gerbong. Empat potong roti isi keberanian kupegang erat, sementara kedua bola mataku berlari di tengah kerumunan kepala. Di sisi kanan kulihat tangannya melambai, senyumnya berkata ia tak sabar untuk melakukan perjalanan ini. Ini hal paling gila yang pernah kulakukan. Tanpa persiapan apa pun, ia mengajakku berpetualang menuju entah.

Di tiap perjalanan, kami selalu mendapat tempat terbaik. Kami membuka mata saat matahari terbit, dan mengakhiri hari saat matahari terbenam. Kau suka langit dengan warna keemasan, sementara aku mendamba gurat jingga di dalamnya. Kami sering bertikai soal prinsip, namun selalu berakhir di peluk masing-masing. Satu-satunya hal yang kami sadari adalah kami sedang menjaga hal yang cepat atau lambat harus segera dilepaskan.

Kadang, kita terlalu sibuk mewujudkan sosok yang sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kepala adalah kertas, imajinasi sebagai pena, kemudian realita adalah tangan-tangan yang mengoyak karyamu. Kami hanyalah sepasang yang lelah berkarya, dan dipertemukan di tengah pelarian masing-masing.


"Jadi, sudah memutuskan ingin berpetualang sampai kapan?"
"Entah. Sampai lelah, mungkin. Kamu?"
"Sampai lelah! Sampai masing-masing dari kita menemukan tempat yang tepat untuk menetap."




d.

Comments

Popular Posts