Teluk Brumbun: Bermalam dengan jalak Bali

Beberapa kali mengunjungi pulau Menjangan, namun #melaligen tak pernah sempat mampir menelusuri Taman Nasional Bali Barat. Perjalanan ke Teluk Brumbun kali ini juga merupakan acara "pelepasan" salah satu teman saya, Surya, akan berangkat berlayar. Jika tak mengambil momen ini, entah kapan kami semua bisa singgah di TNBB :))

Jujur, saya tak pernah mencari tahu apa isi taman nasional ini. Seperti biasa, sebelum memulai perjalanan, kami berkunjung ke rumah Cak Ismu. Keuntungan mengenal warga lokal adalah kemudahan akses dan informasi setempat. Kami diperkenalkan dengan 2 pemandu lokal: pak Sahlan, dan pak Zulham yang akan mengantar kami menuju lokasi. Setelah makan siang, kami memulai perjalanan. Tiket masuk TNBB saat ini IDR10,000 untuk lokal, dan IDR200,000 untuk WNA. Dari gerbang menuju bibir teluk memakan waktu 45 menit dengan motor. Jalannya berbatu dan becek sisa hujan, jadi harus ekstra hati-hati saat mengemudi. Di dalam taman nasional terdapat berbagai habitat hutan seperti hutan bakau, hutan musim, hutan pantai, tak lupa sabana. Unik, karena merupakan perpaduan antara dua ekosistem yaitu darat dan laut.


 
Setiba di teluk, kami langsung disambut dengan pak Made, seorang ranger yang sedang bertugas jaga. Di kawasan Taman Nasional Bali Barat masih terdapat hewan-hewan seperti mantan, rusa, lutung, kalong, aneka burung, dan satu-satunya endemik Bali yang hampir punah, Jalak Bali. Di depan resort teluk Brumbun terdapat penangkaran jalak, kata pak Made, banyak wisatawan asing terutama pelajar untuk kepentingan makalah. Setelah istirahat dan berbincang sejenak, kami mendirikan tenda.

 

Di sini, meski tak ada sumur di ladang, kami tetap bisa menumpang mandi. Yak! Resort teluk Brumbun memiliki tower penampungan dan sangat menyenangkan rasanya jika berkemah di suatu tempat yang memiliki pasokan air bersih. Setelah makan malam, kami duduk di bale bengong, berbincang dengan pak Sahlan, pak Zulham, dan pak Made hingga larut. Tak jarang terdengar suara "berisik" dari balik rimbunan pohon. Itu rusa sedang minum di balik penangkaran, kata pak Made. Oh ya, tips nih jangan pernah lupakan lotion anti nyamuk saat berkemah *tepokin badan*

Dari teluk ini kita bisa menyaksikan sunrise. Sembari menunggu beberapa kawan yang sedang berenang, saya bersama Nina, Upa, dan Tesa, memilih trekking ke sabana. Dari puncak perbukitan ini kita bisa melihat pulau Menjangan yang berada tepat di seberang teluk.

 




Setelah berkemas dan berpamitan, kami menyusuri pesisir taman nasional dan berhenti di beberapa titik. Pemandangan sepanjang pulang sangat indah. Kami disuguhkan laut dengan warna gradasi, dan siluet pegunungan di pulau Jawa yang terletak di seberangnya. Saya menyangkan dengan kondisi sampah di tempat ini. Di laut, maupun di jalan yang kami lalui. Menurut penuturan pemandu, mereka sering mendapat komplain dari wisatawan asing. Para tamu membayar tiket masuk yang mahal, namun seperti tidak ada perawatan untuk taman nasional. Mari kita doakan supaya isu ini segera ditanggapi oleh pengelola TNBB demi kenyamanan bersama.




Akhirnya, terima kasih Surya dan teman-teman #melaligen atas antusiasmenya untuk mengunjungi teluk ini. Cak Ismu dan keluarga yang seperti biasa mau direpoti dengan kedatangan kami. Tak lupa pak Made, pak Sahlan, pak Zulhan yang mau berbagi tentang suka, duka, dan harapan untuk taman nasional. Semoga kami bisa membantu mewujudkannya. Sampai jumpa di lain kesempatan!

Tips:
- Jangan lupa meninggalkan uang untuk mengganti air yang digunakan, juga untuk jasa pemandu.



d. 



Comments

Popular Posts