Matamu

Matanya kadang pagi.
Tatapnya embun yang memeluk segenap resah
perihal apa yang akan terjadi hari ini.

Matanya kadang semarak senja.
Tatapnya membenamkan kekuatiranku
akan hari esok, dan aku yang terus dimakan usia.

Matanya kadang bulu angsa.
Tatapnya menidurkan kepalaku
yang tak lelah bekerja hingga menua.

Bermimpi boleh, kan?
Sayangnya, setiap waktu matamu adalah matahari.
Terikmu membelalak; membakar tubuhku,
pada kemarau yang kau buat sendiri.


 
Nusa Lembongan, Agustus 2014.

Comments

Post a Comment

Popular Posts