Kita adalah Karakter dalam Novel yang Buruk.

Hal terbaik yang pernah kurasakan adalah saat hatiku menjatuhkan diri padamu. Juga di malam kau tertidur di dadaku, aku bisa mengusap dan mencium keningmu sesukaku. Serta pagi di sebuah entah; ada kopi hitam, kicau burung cager, dan kau yang tertawa lepas saat gagal memahami gurauanku. Kita telah berbincang banyak hal; dari apa hingga bagaimana. Kita juga sesekali berlayar ke samudera lepas, namun kembali; saling sadar bahwa masing-masing kita adalah tujuan pulang.

Sayang, kita adalah karakter yang terjebak dalam novel yang buruk. Ia memberi banyak konflik layaknya kehidupan nyata. Ia membuat pertemuan yang sempurna, namun memberi akhir penuh luka. Ia kembali membawa keluarga dan agama untuk memisah kita.

Kita adalah karakter dalam novel yang buruk. Aku berharap bisa melawan dan mengambil alih akhir dari kisah ini. Mengingatkan Ia bahwa sebuah akhir bisa dibuat sempurna di sini. Mengingatkan Ia bahwa kita hanyalah karakter-karakter yang lelah dengan perpisahan, dan berhak mendapat akhir sebuah kita yang saling mempertahankan.

Kita adalah senyatanya karakter yang terluka dalam novel yang buruk. Semoga Ia membaca surat terbuka ini, dan terketuk untuk kembali menulis dengan kita yang tak lagi terpisah sebagai akhirnya.



Jimbaran, 2013.

 Ditulis bersahutan dengan teman yang berkicau tentang, "Kita adalah Karakter dalam Novel yang Buruk", dari sudut yang berbeda.

Comments

  1. kita adalah kita yang berbeda, tidak lagi bersama, hanya air mata saja yang ada. Ah, bu dita bisa banget ini postingannya :')

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. Kita hanya sama dalam jalan yang berlainan arah.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts