The Temper Trap, Indonesia Tour 2010 at Hard Rock Café Bali.

Dipercaya mengisi salah satu soundtrack film, 500 Days of Summer, kali ini Ismaya Live memboyong grup musik asal Australia untuk unjuk kemampuan di pentas tanah air. Konser dengan tema The Temper Trap Indonesia Tour 2010 merupakan sebuah seri konser yang menampilkan band ini di tiga kota besar di Indonesia.

Alunan falset nan merdu ala Dougy Mandagi yang merupakan seorang kelahiran Menado membawa band ini lantas mengitari 10 kota di UK. Setelah penantian panjang press conference yang akhirnya dibatalkan, tepat di peringatan Hari Pahlawan 10 November 2010 akhirnya digelarlah acara yang bertajuk The Temper Trap, Indonesia Tour 2010 ini. Setiba disana, yang mampu saya lihat hanyalah deretan penonton berbadan besar yang sukses menutupi hampir seluruh venue yang dekat dengan stage. Linglung. Saya yang datang sendiri akhirnya harus berjuang menembus lautan wisatawan asing yang besarnya 2x dari saya. Bayangkan saudara-saudaraaa! *phew*

Setelah 15 menit berdiri memandangi stage yang kosong, akhirnya riuh penonton bergema juga. Ada seseorang diatas panggung!! The Temper Trap? Bukan. Rupanya iya seorang soundman yang menempelkan set list di speaker. Warming up dengan aksi DJ Nobody, event yang mayoritas di hadiri oleh wisatawan asing ini cukup memancing atensi. Setelah (dengan berat hati) menikmati lantunan musik elektronik berbau hip-hop, akhirnya susunan personil yang terdiri dari Dougy Mandagi (vokal, gitar), Lorenzo Sillitto (gitar, keyboard), Jonathan Athern (Bass), dan Toby Dundas (Drum) muncul juga. Beberapa hits yang mereka bawakan malam itu seperti Love Lost, Down River, dan Sweet Disposition. Di dukung dengan sound dan lighting yang memukau, The Temper Trap sukses menyihir para penonton dengan mengajak penonton untuk bernyanyi bersama. Dougy yang merupakan putra tanah air pun beberapa kali melontarkan sapaan dalam bahasa Indonesia. Seperti biasa, kami para lokal yang mendengar makin terpana jika mendengar band luar yang berbicara/mencoba melafalkan sapaan dengan bahasa Indonesia padahal mah seharusnya biasa aja kali ya, zz.

Nah, berikut merupakan sedikit dokumentasi ala amatir hasil berdesak-desakan dengan para wisatawan. Dan pengambilan beberapa gambar dibawah ini posisi saya berada tepat di depan Jonathan Athern (dan ga bisa bergerak kemana-mana lagi) :(



Malam semakin larut, dan rasanya masih banyak lagu yang harus mereka kumandangkan. Dengan suasana yang makin sesak (asap rokok, para wisatawan yang tipsy, pax yang membludak) akhirnya saya memilih untuk pulang, mendahului yang lain. Dari sound, lighting, crowd, over all event ini massive lah! \m/


Dita. x

Comments

Popular Posts